Senin, 08 Februari 2010

3. PRAWACANA



Om Svastyastu,

Dhyauh santir antariksam santih prithivi santir apah santir osdhaya santih vanaspatayah santir visve devah santir brahma santih santir sarvam santih santir eva santih sa ma santir edhĂ­

Yajurveda XXXVI.17

(Semoga di Sorga ada kedamaian, semoga di angkasa ada kedamaian, semoga di bumi ada kedamaian, di air ada kedamaian, di dalam semak belukar ada kedamaian, di dalam hutan ada kedamaian, di alam para dewa ada kedamaian, di alam Brahma ada kedamaian, semoga dimana-mana penuh dengan kedamaian)

Pertama-tama segala Puja dan puji abhivandana penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa ‘Tuhan Yang Maha Kuasa’ karena atas anugerah dan tuntunanNya, buku OTOBIOGRAFI STT PEMERAJAN CANDI MANGGIS ini dapat terselesaikan. Kedua, Puja dan puji abhivandana juga penulis haturkan kehadapan Ida Bhatara Bhatari Sesuhunan Sane Malingga Malinggih Ring Pemerajan Candi Manggis. Ketiga, ucapan dan rasa tarimakasih yang mendalam penulis haturkan kehadapan Para Leluhur baik yang telah lahir, yang masih hidup, dan yang akan lahir karena beliau-beliaulah siklus perputaran kehidupan, regenerasi, turun temurun tetap berlanjut.

Pengurus dan anggota merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan jika dianalogikan seperti layaknya Kunci dan Gembok yang merupakan simbol konfigurasi atau kesatuan yang masing-masing memiliki peran penting apabila kedua kompartemen atau bagian yang terpisah tersebut disatukan mampu menghantarkan serta dapat membuka pintu kesuksesan. Adapun alasan kenapa kami lebih mempertegas tentang formatur pengurusnya tiada lain adalah memberikan apresiasi terhadap kesediaan ataupun keihklasannya memangku atau mengemban jabatan tersebut yang dimandatkan oleh anggota kepadanya. Unsur kredibilitas atau kepercayaan disini berperan penuh karena apabila seseorang tidak dipercaya memiliki kapabilitas atau kemampuan dan dipandang bisa menggerakkan roda organisasi tersebut, orang itu tidak mungkin akan dikooptasi atau dipilih dan diberikan untuk memegang jabatan tersebut. Seperti yang diketahui peran pengurus sendiri bukanlah hanya mengatur semata akan tetapi mereka dibebankan pada tanggung jawab yang besar. Mengurus bukan berarti memerintah, mengurus disini adalah menata, menjaga dan mengembangkan organisasi kearah yang lebih baik. Jadi tidak ada maksud bahwa kami mengistimewakan atau memberikan bentuk penghargaan khusus kepada mereka (pengurus). Kita semua mengetahui pengurus tanpa anggota tidak berarti apa-apa akan tetapi kita juga mesti bisa merenungkan dan sadar betapa sulit dan susahnya untuk bisa menjadikan seseorang agar mau memimpin dan duduk sebagai pengurus dikarenakan duduk dalam kepengurusan STT murni ngayah, mentransformasikan kemampuan yang dimilikinya demi kemajuan organisasi bukan untuk mendapatkan atau mencari keuntungan (bayaran, prestise). Jadi kami harapkan tidak ada alasan untuk kita berasumsi buruk (negatif thinking).

Semula ada perasaan enggan untuk menulis buku Otobiografi STT Pemerajan Candi Manggis ini, sebab Otobiografi STT Pemerajan Candi Manggis menyangkut tentang peran daripada banyak pihak atau pelaku langsung yang coba kami dokumentasikan, memang sangatlah tidak relevan atau sesuai apabila sebuah dokumentasi sejarah, ada beberapa catatan yang mungkin bisa saja tidak tepat tapi tanpa sengaja kami muat ataupun sebaliknya beberapa catatan yang semestinya penting untuk dimuat lupa/hilang atau luput dari pendataan. Kesalahan seperti ini bisa saja memunculkan sebuah kecemburuan ataupun ketidak senangan. Dan keengganan muncul juga dikarenakan kemungkinan akan muncul interpretasi atau tafsiran beberapa pihak yang akan mencibir dan melontarkan kalimat tidak berkenan mengingat catatan buku kecil ini sudah jelas tidak sempurna dan tidak bermanfaat bagi beberapa ataupun semua pihak, karena buku kecil ini juga dibuat oleh orang yang tidak sempurna. Memang ketakutan itu ada awalnya, namun penulis teringat sebuah cerita yang menyadarkan penulis yang pernah penulis baca dalam Itihasa kisah Ramayana Kandha ke 4/IV; YUDDHA KANDHA.

Mengambil dari kisah Tupai dan Kera sewaktu pembuatan jembatan Situbandha dalam kisah Ramayana. Dimana dalam cerita tersebut kelompok pasukan kera memiliki kekuatan dan memiliki banyak massa dalam pembuatan jembatan tersebut, diceritakan ada seekor Tupai yang berkeinginan untuk ambil bagian dalam momen tersebut. Kalau dipikir tidaklah mungkin seekor Tupai mampu menyumbangkan sesuatu mengingat tubuhnya kecil dan ia hanya sendirian, tapi nyatanya Tupai itu pun dapat ikut ambil bagian dengan cara mencelupkan tubuhnya ke laut setelah tubuhnya basah kemudian ia pun menggelindingkan tubuhnya diatas pasir dan setelah itu ia mengibaskan pasir yang melekat ditubuhnya agar jatuh diatas tumpukan jembatan batu yang dikumpulkan oleh sekumpulan pasukan kera tersebut”.

Makna yang dapat kita petik adalah “Kita membagikan kepada STT dan Banjar kita berdasarkan kemampuan kita, meskipun bentuk peran terkecil sekalipun, Itu sudah sangat berarti sekali ketimbang tidak sama sekali kita mau ambil peran untuk STT dan Banjar Candi khususnya”. Catatan buku ini bisa dibilang kecil, mungkin juga kurang dan tanpa makna bagi orang lain tentunya, akan tetapi mengevaluasi atau mempelajari dari cerita diatas tadi kami hanya mampu dan dapat menyumbangkan dalam bentuk karya semacam ini, yang sudah jelas banyak terdapat kekurangan dan mungkin juga tidak bisa merefresentasikan atau mewakili keinginan semua orang, kami mohon maaf atas itu.

Dan, rampungnya buku ini juga tidak terlepas dari dukungan beberapa orang, untuk itu adalah sangat pantas penulis menyampaikan ucapan terima kasih; Pertama-tama kepada yth. Para Pemangku di Pemerajan Candi baik yang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, karena beliaulah proses ritual tetap berlangsung. Kedua kepada Yth. Para Fungsionaris atau para Pengurus baik di tingkat Penglingsir dan STT dari yang terdahulu, sekarang hingga yang akan datang, karena merekalah roda keorganisasian tetap berefleksi atau bergerak. Berikutnya ucapan terima kasih juga sangat pantas penulis sampaikan kepada yth. Dewa Putu Arum karena beliaulah yang pertama memberi bimbingan spiritual dan memberikan bantuan ketika penulis tidak mampu memecahkan problem kehidupan. Bagi penulis, beliau adalah seorang ayah, kakak, guru, pembimbing, dan sahabat yang tidak pernah menunjukkan rasa tinggi hati dihadapan penulis. Penulis juga sangat pantas menyampaikan ucapan dan rasa terima kasih kepada yth. Dewa Putu Singarsa, Spt,Mpt…? yang sekarang beliau menjabat sebagai Dosen di Universitas Udayana (Unud)….? beliau juga pernah memberi bimbingan dan membantu menghantarkan penulis untuk kembali menekuni dunia pendidikan. Banyak sekali bantuan yang penulis dapat dari beliau yang tidak bisa penulis ungkapkan semuanya karena keterbatasan daya ingat penulis, beliau merupakan inspirator bagi penulis. Berikut yth. I Putu Sutisna bersama saudaranya I Made Suardika dari Mengwi, yang juga telah membantu banyak dalam penyediaan fasilitas (komputer) dan menyumbangkan tenaganya untuk ini, mereka adalah teman, kawan, sahabat, yang selalu siap diajak diskusi, dialog, atau bahkan diajak bertengkar. Ucapan yang sama penulis patut sampaikan kepada yth. Desak Ketut Alit Suardani? yang telah membantu ketika file buku ini hilang sewaktu disimpan dikomputer, beliau mau untuk mengetik ulang catatan yang telah hilang tersebut. Selanjutnya ucapan yang sama juga penulis patut sampaikan kepada yth. Dewa Putu Anggara Widhi selaku fotograper yang juga telah ambil bagian dalam mendokumentasikan wajah-wajah para informan. Ucapan dan rasa terima kasih juga sangat pantas penulis haturkan kepada rekan-rekan Pengurus STT angkatan 7/VII diantaranya ada; Dewa Putu Sugiarta (Wakil Ketua I), Dewa Ketut Astawa (Wakil Ketua II), Dewa Gede Jiwa (Sekretaris), Dewa Ayu Eka Yulianingrum (Bendahara), Dewa Nyoman Sugiarta (Wabid Publikasi & Dokumentasi/PUB-DOK), Dewa Nyoman Arik Sudiatmika, Spar (Wabid Usaha), Desak Nyoman Ariani (Wabid Seremonial), Dewa Made Yudiartana (Koordinator Lapangan/KORLAP), Dewa Ketut Garbajata (Pelatihan dan Pengembangan/LITBANG), karena kesabaran dan kerjasamanya yang senantiasa siap mendampingi penulis dalam mengemban mandat kepercayaan yang diberikan STT. Dan selain itu karena keikhlasannya membagi tidak hanya waktu tetapi juga pemikiran dan bahkan materi. Selanjutnya ucapan terima kasih yang sama, pantas penulis sampaikan kepada yth. T.M.Ramachandran(Ramaji) dari Organisasi HSS (Hindu Sevai Sangam) dan kepada brother Goopi N Cheelapan dari Malaysia yang memberikan kebebasan untuk memakai fasilitas kerja (computer) untuk melanjutkan merampungkan buku ini, mereka juga layaknya sebagai ayah, kakak, dan sahabat yang selalu siap diajak berdialog secara sungguh-sungguh. Ucapan terima kasih yang sama juga pantas disampaikan kepada yth. Informan yang telah berbagi waktu dan pengalaman untuk mengisi lembaran buku ini dengan menyumbangkan data-data yang sangat kami butuhkan. Ucapan terima kasih juga pantas penulis sampaikan kepada yth. seluruh anggota Banjar dan STT dari awal sampai generasi mendatang (penerus), saya mengucapkan terimakasih tanpa kalian mau ambil bagian, STT ini tidak akan terlahir dan buku ini pun sudah jelas tidak akan ada atau tidak berguna dan tidak akan bisa saya tulis.

Buku Otobiografi Pemerajan Candi Manggis yang saat ini ada ditangan para pembaca, penulis susun atas inspirasi dari awal penulis menjabat sebagai Ketua STT dimana pada saat menjabat penulis sama sekali tidak mempunyai deskripsi atau gambaran tentang langkah-langkah atau program apa yang mesti pertama dikerjakan karena minimnya pengalaman penulis. Juga dikarenakan munculnya kuriositas atau rasa ingin tahu penulis tentang siapa sajakah yang pernah menjabat sebagai Ketua STT sebelum penulis. Untuk mendapatkan jawaban atas kelemahan dan pertanyaan penulis, maka penulis mencoba menulis buku Otobiografi Pemerajan Candi Manggis ini. Buku ini terselesaikan juga berkat dorongan dari; Dewa Nyoman Putra, ayah penulis, Dewa Putu Sudarma beserta keluarga, kakak kandung penulis dll yang tidak dapat ditulis satu-persatu.

Disadari sepenuhnya bahwa buku kecil ini pasti tidak sempurna, karena penulisnya adalah manusia yang tidak sempurna. Oleh sebab itu segala kritik terutama kritik dari kerama Banjar Candi Manggis bagaimana pun bentuknya dan bagaimana pun adanya akan penulis terima dengan lapang dada serta ucapan terima kasih.

Om Santi Santi Santi Om

Penyusun

Ketua STT Pemerajan Candi Manggis

Angkatan ke 7/VII

Dewa Nyoman Suardana

Tidak ada komentar :