Perayaan hari-hari raya agama, dirayakan oleh masing-masing penganut agama dengan tujuan untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting yang memiliki makna historis, filosofis, maupun teologis. Banyaknya hari raya agama dan ritual Hindu di Bali membuat masyarakat Bali sibuk dengan aktivitas ritual dan hal itu juga menyebabkan Bali juga disebut sebagai pulau ritual. Suatu realita dalam aktifitas keagamaan umat Hindu khususnya di Bali, banyak disibukkan dengan pelaksanaan upacara yadnya, baik yadnya yang bersifat nityakarma (sehari-hari) maupun yang yadnya yang bersifat naimitikakarma (yadnya yang dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu/berkala). Kalau dicermati dalam aktifitas keagamaan di Bali hampir tiada hari tanpa upacara/yadnya.
Haruslah dipahami bahwa banyak ritual semata-mata dimaksudkan untuk memberikan penghormatan pada suatu proses, upacara atau maksud khusus. ini memberikan seseorang sebuah contoh tatacara yng harus diikuti. tatacara itu menciptakan suatu system dan system itu adalah apa yang manusia rasakan dirumah dan keykinan apa yang diperoleha. Memberikan persembahan atau yajna tidak saja ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang merupakan pencipta alam semesta beserta isinya. melainkan juga untuk semua ciptaan-Nya termasuk kehadapan makhluk bawahan dan bhuta kala. Melalui sarana upakara atau sajen umat hindu ingin menghormati dan memberikan persembahan suci terhadap Bhuta kala. Pada dasarnya bahwa pelaksanaan Bhuta Yajna ini memiliki sifat keersamaan dengan jenis pengorbanan atau yajna yang lainnya. Baik Dewa yajna, Rsi Yajna, Manusa Yjana maupaun yajna yang lainnya yang dilaksanakan oleh Umat Hindu. Selanjutnya mengenai pelaksanaan Yajna Sesa memiliki suatu makna yang utama juga. Sebagaimana yang dilaksanakan oleh Umat Hindu bahwa Yajna Sesa itu juga dikenal dengan sebutan banten Saiban atau banten jotan. Melalui Yajna Sesa ini Umat Hindu juga menghaturkan persembahan nasi, lauk pauk, serta yang lainnya seusai memasak di dapur. Pada setiap hari persembahan yajna sesa ini dilakukan sebagai wujud rasa hormat, bhakti, rasa terimaksih yang setinggi-tingginya atas sumber kehidupan yang telah dinikmatinya. Umat wajib menghaturkan Yajna Sesa ini setiap hari sehabis memasak serta berterimakasih atas limpahan anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. A.S. Kobalen, MBA. 2001. Dewa Dan Doa. Surabaya : Paramita.
2. A.S. Kobalen, MBA. 2001. Tata Cara Sembahyang Dan Pengertiannya. Surabaya : Paramita.
3. Donder, I Ketut. 2009. Makalah “Memahami Pluralisme Sebagai Fakta Sosial Yang Bersifat Niscaya”. Bali : --.
4. Doktrinaya, I Komang Gede. 2003. Kiprah Dan Gagasan Tokoh Bali Soal Ajeg Bali. Bali : BPD HIPMI Bali & G-PLUS Communications.
5. Donder, I Ketut. 2006. Brahmavidya: Teologi Kasih Semesta. Surabaya : Paramita.
6. Donder, I Ketut & Wisarja, I Ketut, S.Ag., M.Hum. 2009. Teologi Sosial, Persoalan Agama Dan Kemanusiaan Perspektif Hindu. Yogyakarta : IMPULSE.
7. Dr. I Made Titib. 2003. Tri Sandhya Sembahyang Dan Berdoa. Surabaya : Paramita.
8. Jurnal Teologi Saphatika. Volume 2, No.1, Pebruari 2008. Fakultas Barahma Widya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
9. Modul. Acara Agama Hindu .IHDN Denpasar
10. Sharma, Pt Kisanlal. 2007. Mengapa ? Tradisi Dan Upacara Hindu. Surabaya : Paramita.
11. Winanti, Ni Putu, S.Ag. 2004. Pengenalan Dasar Dan Tuntunan Praktis Bahasa Sanskerta Dan Huruf Dewanagari. Surabaya : Paramita.
- Makalah disampaikan pada acara Pembagian Beasiswa bertempat di Wantilan Desa Adat Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Dalam rangka KKN Angkatan IV Mahasiswa IHDN Denpasar.
- Dewa Nyoman Suardana: Mhasiswa IHDN Depasar, Fakultas Brahma Widya, Jurusan Teologi, Smt 7. Ketua BEM FBW IHDN Dps Periode 2009/2010.